Mengapa Cari Kerja Bukan Perihal Cari Aman

Amanda Bahraini
3 min readFeb 11, 2024

Suatu hari, seorang junior pernah curhat begini di sela obrolan ngalor ngidul tentang dunia kerja,

“Kak, aku takut deh ngelamar ke startup lagi. Aku pengin lingkungan kerja yang lebih stabil. Aku gak pengin tiba-tiba di-layoff lagi. Rasanya ga aman.”

Sebelum berlanjut, saya ingin menekankan bahwa ini bukan untuk mendiskreditkan startup di tengah tech winter yang berkepanjangan macam episode menuju season finale dari Game of Thrones.

Bukan juga mau membela trend layoff terkini. Karena kita tahu beda situasi, beda dramanya. Some are secretly playing House of Cards. Some are burning clues and using fake face masks like Mission Impossible. Some are holding hands and crying like Keluarga Cemara. *wink wink*

Bukan. Ini bukan soal itu.

Ini cuma tulisan yang ingin membahas hubungan antara kebutuhan untuk merasa aman dan bekerja.

Illustration of job application process
Source: iStock

Kehidupan dari Mata Seorang Fresh Graduate yang Baru Dilayoff

Sekadar konteks, junior saya baru saja terkena layoff. Ini merupakan pekerjaan pertamanya sekaligus lay off pertamanya setelah lulus kuliah.

Hidupnya mungkin masih bisa digambarkan seperti lirik Takut Tambah Dewasa dari Idgitaf.

Sudah di kepala dua
Harus mulai dari mana?
Ambisiku bergejolak
Antusias tak karuan
Banyak mimpi-mimpi yang kan kukejar

Lika-liku perjalanan
Ku terjebak sendirian
Tumbuh dari kebaikan
Bangkit dari kesalahan
Berusaha pendamkan kenyataan bahwa

Takut tambah dewasa
Takut aku kecewa
Takut tak seindah yang kukira

(Takut by Idgitaf)

Mungkin junior saya dalam cerita ini terlihat sangat hijau. But let’s face it, kita semua masih bisa relate dengan lagu tersebut.

Ganti liriknya sedikit jadi kepala tiga, kepala empat, kepala lima dan seterusnya. Lagu itu bisa jadi masih bisa relate dengan masing-masing dari kita, lirik per lirik.

Ketakutan akan kekecewaan tidak ada hubungannya dengan umur.

Menjadi Junior yang Takut-takut

Mendengar junior saya bercerita akan ketakutannya, saya langsung teringat pada pengalaman pribadi yang hampir mirip terkait startup tempat saya bekerja dulu.

Saya juga sempat berpikir, apa lebih baik cari kerja di tempat selain startup?

Dan sama, yang saya cari pada waktu itu adalah rasa aman. Aman secara finansial. Aman secara status pekerjaan. Aman secara koneksi dan pertemanan.

Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dalam hidup. Rasanya keamanan-keamanan itu akan bisa memastikan semua baik-baik saja.

Tapi ya itu. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dalam hidup.

Saya akhirnya sadar (sendiri) bahwa ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi sebuah perusahaan yang bisa berimbas pada pekerjaan.

Karena malas berpikir lebih jauh, saya berkesimpulan: memang cari kerja itu bukan perihal cari aman.

Kerja di korporat juga bukan berarti aman.

Punya bisnis juga bukan berarti aman.

Jadi dimana kita bisa mencari rasa aman?

Mana Dimana, Rasa Aman Saya?

Sebelum ditimpuk, tolong dengarkan penjelasan saya akan judul heading tulisan ini.

Sedari awal tulisan ini memang bukan untuk sok menasihati. Karena saya sendiri merasa pengalaman saya masih jauh sekali dengan orang-orang yang sudah malang melintang merasakan harapan terbang jauh dan terlibas oleh kenyataan.

Pun beberapa tidak bisa relate karena kehilangan pekerjaan tidak berpengaruh dengan rasa aman yang sudah dibangun rapi di atas tingginya fondasi iman, pendidikan, dan/atau warisan.

Ini bukan soal itu. Ini soal pencarian rasa aman yang menurut saya adalah anak tangga yang dilewati banyak orang dalam kehidupan. Beberapa sudah jauh naik, hanya untuk terjatuh dan kembali ke anak tangga itu lagi. Beberapa bahkan masih berkutat di pijakan yang sama untuk berdekade lamanya.

Menurut saya, bekerja, dimana pun itu, bisa juga untuk menciptakan ilusi rasa aman sepanjang yang kita bisa dengan menabung, berinvestasi, berkoneksi, mengumpulkan pengalaman, dan membatin “cari kerja itu bukan perihal cari aman.”

Saat kita menjalani kehidupan yang destinasi akhirnya tak pernah tahu dimana, cukup pikirkan energi untuk terus berjalan dan hal-hal menarik yang bisa kita temukan selama perjalanan saja.

Itulah mengapa juniorku sekalian yang sedang patah hati di tangan trend layoff startup, beberapa senior kalian diam-diam bernyanyi lagu ini di balik ekspresi apapun yang mereka tunjukkan pada kalian:

Lupa lupa lupa lupa lupa lagi syairnya

Ingat ingat ingat ingat cuma ingat kuncinya

(Lupa Lupa Ingat by Kuburan)

Selamat menjalani roadtrip dunia kerja yang playlist lagunya kadang syahdu kadang lawak :)

--

--